New Gadget: Is It Worth It?

by - Desember 11, 2020



Saya punya satu mimpi setahun belakangan ini: beli Ipad.

Well, why exactly an Ipad?


Salah satu teman saya menanyakan hal tersebut. Kenapa harus Ipad, bukan yang lain? Mungkin dia pikir Ipad ini punya image yang prestisius. Berasa sultan gitu kalau punya produk Apple.


Nah, Tulisan ini adalah jawaban versi panjang kenapa akhirnya saya memutuskan untuk membeli sebuah Ipad… atau barang mahal lainnya.


Do you need it or just want it?

Ini pertanyaan yang pertama kali harus saya jawab. Saya sebetulnya cuma pengen apa betul perlu?


Saya menghindari banget beli sesuatu yang nggak benar-benar saya perlukan. Selain karena sayang uangnya, sayang juga barangnya. Lebih baik uang itu digunakan untuk beli barang yang jelas bakal sering dipakai serta bermanfaat.


Kadang pertanyaan ‘butuh atau cuma pengen?’ ini yang suka sulit saya jawab. Saya mikir ini lama sekali, bahkan berbulan-bulan sebelum betulan nabung buat beli. Butuh nggak ya, butuh nggak ya?


Untuk kasus Ipad ini, saya pikir saya betulan memerlukannya dengan beberapa alasan di bawah:

  • Saya perlu portable gadget yang reliable buat bikin ilustrasi tanpa harus dicolok ke listrik dan ke PC. Soalnya, sebagian waktu saya habiskan di kantor dan disediakan komputer di sana. Masa saya harus bikin gambar di rumah, upload ke Google Drive, terus pas di kantor download dan dilanjutin? Selain malas download-upload-download-upload, saya malas juga setting programnya. Harus install driver tablet ke PC kantor, belum lagi program buat gambarnya harus di-install juga. Mending sekalian bawa device yang portabel (alias gambarnya bisa disimpan di device tersebut).
  • Karena laptop di rumah cuma satu dan suka jadi rebutan, saya perlu gadget yang kurang lebih bisa menggantikan fungsi laptop. Paling nggak buka Google Drive, Docs, dan Sheet (karena saya anak Google Drive banget), serta bisa buat ngetik.


Nah, saya mengincar produk tablet punya Apple karena dari review yang saya baca serta tonton, si Ipad ini punya aplikasi yang oke banget buat ilustrasi profesional. Apple Pencil-nya juga sangat reliable dibandingkan tablet di kelasnya.


Budget and Which One?

Sengaja saya jadikan satu karena dua hal ini saling berkaitan.


Saya jenis orang yang untuk nabung harus punya target tertentu. Ya biar semangat lah nabungnya. Agar ‘qerja qheras baghai qhuda’-nya juga terukur dong.


Saya riset agak lama soal tablet punya Apple ini. Soalnya mereka punya banyak pilihan tipe: Ipad Mini, Ipad, Ipad Air, atau Ipad Pro.


Ya tentu saja saya maunya Ipad Pro. Tapi ya gimana, harganya aja bisa buat DP rumah subsidi pemerintah. Makasih banget.


Sebetulnya saya bisa aja sih maksa beli. Tapi saya nggak mau punya barang bagus tapi njuk nggak punya uang darurat.


Setelah saya pertimbangkan, saya akhirnya memilih beli Ipad yang biasa aja (bukan Air maupun Pro). Kalau punya rezeki dan memang sangat diperlukan, mungkin bisa saya upgrade ke Ipad Pro.


Lagian, teman-teman, bikin karya yang bagus nggak harus dengan gadget profesional dan keren. Yang penting tuh kemampuan dan kemauan kalian. Gadget mah cuma alat aja. Ciaela.


Eh, ini beneran, tapi.


Finally!



Setelah kerja keras bagai kuda serta tentu saja sumbangan dari suami yang baru dapat proyek (serta mengizinkan istri beli Ipad agar dirinya nggak saya omeli kalau beli sepeda), saya berhasil membeli Ipad!


Pilihan saya jatuh kepada Ipad 8 (2020) yang baru saja rilis.


Oh iya saya juga sebelumnya mempertimbangkan beli Ipad secondhand. Cuma, saya nggak terlalu sabar carinya, jadi cuma lewat marketplace Facebook sehingga nggak dapat harga yang oke. Saya ini memang paling malas back-and-forth penuh usaha cari barang idaman saya. Saya maunya masuk toko (atau check out kalau belanja online), bayar, dapat barang. Sungguh tipe manusia tanpa usaha.


Kalau kamu nggak pemalas, kamu bisa banget cari barang secondhand. It will pretty much save up your money.


Walaupun ini Ipad yang paling murah (dan storage-nya paling kecil), saya tetap hampir bangkrut karena harus beli Apple Pencil (yang harganya udah ¼ dari harga Ipad-nya), screen guard, case, serta keyboard.


Tapi saya sangat puas dengan pembelian saya kali ini. Barangnya sungguh terpakai baik buat di kantor maupun side job. Saya sudah hampir nggak perlu rebutan laptop lagi. Senang juga karena kalau lagi nemenin suami kerja (atau nemenin adik yang garap skripsi) di coffee shop, saya tinggal bawa Ipad sama keyboard ringan.


Yang paling bikin saya senang, ternyata baca buku di Ipad sungguh nyaman. Saya bolak-balik baca buku di iPusnas lewat Ipad (kapan-kapan saya bikin tulisan deh soal iPusnas).


Happy, Anggita is happy!

You May Also Like

0 komentar