Pengalaman Saya: Belajar Mengelola Keuangan

by - Agustus 06, 2020

Sejak bekerja dan punya uang sendiri, saya sudah sering mencoba mengelola keuangan. Tujuannya ya biar gaji nggak lewat begitu aja. Nggak kerasa saya sudah bekerja sekitar 2,5 tahun. Gaji saya cuma sekitar UMR Jogja alias nggak seberapa. Selama 2,5 tahun ini saya sudah mencoba berbagai tips finansial tapi nggak pernah ada yang cocok. Nah, saya baru nemu cara yang cocok sekitar 4 bulan belakangan.

Sekarang saya mau berbagi pengalaman mengelola keuangan buat teman-teman yang baru mau belajar juga, atau baru belajar dan lagi cari tips mengelola keuangan yang sesuai buat kalian.

Metode pengelolaan keuangan orang lain belum tentu cocok di kamu

Ini penting untuk diketahui! Menurut saya, pengelolaan keuangan itu kayak skincare. Wajib, tapi cocok-cocokan. Makanya saya bilang, dua setengah tahun ini nyobain berbagai tips pengelolaan keuangan. Saya pernah coba template budgeting yang banyak di Pinterest kayak begini: 

The perfect monthly budget worksheet to help you planning your finances! Budgeting Printables, Budgeting Tips, Budgeting for Beginners, Sample budget, Excel Budget, Budget Planning Worksheet, Monthly Budget, Budget Planner, Financial Planning, Budget Printables, Budget for beginners,  #budgeting #budgetprintable

Nggak cocok karena malas harus mikir terus. Saya pernah coba juga track keuangan tanpa budgeting, nggak cocok juga. Saya pernah coba budgeting-nya cash semua pakai amplop seperti ibu-ibu zaman dahulu, ternyata nggak cocok karena tipe orang yang nggak suka pegang cash.

Jadi ya, emang beda-beda. Ada yang suka cash. Ada juga yang punya banyak rekening buat fungsi yang berbeda-beda (saya contohnya). Saya cenderung mengombinasikan beberapa metode keuangan. Jadi jangan sedih kalau mencoba satu metode tapi nggak berhasil, siapa tahu emang nggak cocok aja sama metode yang itu.

Harus tahu tujuan keuangan

Saya memang tipe orang yang jarang pengen beli ini itu. Paling cuma keluar uang buat beli makan di kantor (itu pun jarang), beli pulsa, bayar BPJS, beli makanan kucing, berobat kucing, beli bensin, sama nongkrong-nongkrong cantik sebulan 2-3 kali. Uang yang nggak saya pakai, ya nganggur doang di rekening gaji. Nggak tahu mau buat apa, tapi mau dipakai kok sayang.

Setelah saya baca-baca, itu akibat saya nggak punya tujuan keuangan. Jadi punya uang tapi sayang mau pakainya. Padahal uang kan fungsinya memang dipakai ya.

Menurut berbagai sumber yang saya baca, paling nggak kita harus membedakan uang yang kita miliki sebagai berikut:
  1. Dana darurat
  2. Tabungan
  3. Uang operasional

Dana darurat, jelas fungsinya untuk hal-hal yang darurat ya. Misalnya kalau tahu-tahu masuk rumah sakit dan perlu uang. Atau motor tiba-tiba rusak. Atau tiba-tiba pemasukan berkurang. Nah, kita wajib banget punya dana buat kejadian tak terduga seperti itu. Kalau masih single dan karyawan dengan gaji tetap, jumlah dana darurat ini minimal bisa 3x kebutuhan tiap bulan. Kalau kamu freelancer, kalau nggak salah minimal sekitar 6x kebutuhan bulanan. Ya manakali kan tiba-tiba nggak ada job selama 3 bulan. Jadi memang freelancer itu perlu dana darurat lebih banyak.

Tabungan. Tabungan ini fungsinya buat pemenuhan kebutuhan tapi jangka menengah. Contohnya kayak pembelian besar gitu. Misal mau ganti gadget, beli TV baru, beli mobil, dll. Rekening tabungan ini wajib banget dipisah sama rekening dana darurat ya! Biar kalian nggak gatal buat pakai uang dana darurat.

Kalau kalian udah lebih expert lagi, sebagian dana tabungan bisa dialokasikan buat investasi. Investasi itu untuk tujuan keuangan jangka panjang, misal buat dana pensiun.

Uang operasional. Nah, ini adalah uang yang kita pakai sehari-hari. Uang operasional ini bisa dibagi lagi jadi dua pos yaitu living (buat bayar BPJS, listrik, internet, groceries) dan playing (dana sosial, make up, kulineran, skin care, ke kafe dll).

Budgeting!

Kalau sudah tahu tujuannya, sekarang waktunya dialokasikan. Buat yang bergaji UMR Jogja (kayak saya ini), bisa pakai metode ZapFinance yang 75% operasional, 25% disimpan (buat dana darurat, investasi, dan tabungan). Saya cocok banget sama metode ini, walaupun masih saya sesuaikan lagi sama pengeluaran.

Kalau saya pribadi, budgeting-nya begini:
Investasi 10% dengan UMR Jogja memang kelihatannya nggak terlalu gede. Cuma setelah beberapa bulan berjalan, jadinya banyak juga lho. Misal sebulan cuma mengalokasikan uang buat investasi 200 ribu rupiah. Selama 3 bulan, udah dapat 600 ribu! Udah bisa buat beli emas 0,5 gram tuh.

Sesuaikan sama kebutuhanmu

Kalau misal kalian perlu pos living yang lebih besar, kalian bisa mengurangi dari pos playing. Kalian bisa kayak saya, punya rekening sendiri-sendiri di bank berbeda untuk living, playing, tabungan, dana darurat, dan investasi. Buat pos living dan playing, saya pilih bank yang menyediakan kartu debit dan banyak EDC-nya. Saya tarik tunai dari rekening living dan playing pas nggak bisa pakai debit, soalnya saya nggak suka pegang uang cash. Atau kalian juga bisa tarik tunai semua uang dan dibagi ke amplop-amplop. Sesuka hati kalian aja pokoknya.

Disiplin!

Semua metode itu nggak bisa berhasil kalau kalian nggak disiplin. Kalau pos playing kalian habis, ya jangan ambil dari pos yang lain. Jika kalian tipe orang yang nggak bisa nabung, coba pakai rekening yang bisa autodebit. Saya pribadi sih begitu awal bulan, gaji langsung saya bagi ke rekening-rekening sesuai posnya.



Kayaknya itu dulu tips yang bisa saya bagikan berdasarkan pengalaman saya. Saya juga masih belajar terus, sih. Kalau kamu punya tips keuangan lain yang menurutmu bermanfaat, bisa sharing di kolom komentar.

You May Also Like

0 komentar