[Cerpen] Penyihir Jam

by - Desember 24, 2018


Untuk pertama kalinya dalam hidup, saya mendapatkan sebuah ilustrasi cantik. Pelukisnya adalah @adhabiru. Orangnya baik, senang menolong, dan pernah memberi saya kopi susu gratis. Benar. Sungguh mulia hatinya, tidak seperti kalian.

Silakan kalian cek akun Instagram Mas @adhabiru. Banyak lukisan lain yang tak kalah menarik di sana. Hanya saja--meski tidak terpasang di Instagram miliknya--sayalah yang paling menarik. Mengapa? Karena saya seperti pelangi-pelangi: ciptaan Tuhan. Ehe.

Oh ya, jangan lupa follow juga akun Instagram Mas @adhabiru, siapa tahu kelak kami berfoto bersama.

Nah, pasti kalian berpikir, “UNTUK APA KAMI INGIN MELIHAT KALIAN BERFOTO BERSAMA, MAGDALENA?”.

YA, SAYA SUDAH TAHU TABIAT KALIAN. SAYA MEMANG SENGAJA MEMANCING EMOSI SAJA.

Tapi tenang, sebagai bukti permintaan maaf tulus ikhlas, saya akan menceritakan kalian sebuah dongeng yang berkaitan dengan ilustrasi ini. Tentu saja dongeng ini baru saja saya buat demi memenuhi nafsu duniawi saya untuk mengisi blog.

BENAR, SEMUA HANYA DEMI KONTEN. SAYA MEMANG SEPICIK ITU.

Jadi khalayak, begini ceritanya...


***

Pada suatu masa, di negeri yang amat-sangat jauh dari Indonesia beserta intrik politiknya, hiduplah seorang gadis pengrajin jam. Dia telah membuat berbagai macam jam. Mulai dari jam tangan, jam beker, jam dinding, jam karet, jam menara… macam-macam, pokoknya.

Jaminan kesehatan? Tidak, dia tidak membuatnya.

Beberapa jam yang dibuat gadis ini sangat istimewa. Sebab gadis ini bisa membuat jam magis. Ajaib. Tiap jam ajaib punya kekuatan unik. Makanya, seluruh kota menyebut gadis ini Sang Penyihir Jam.

Kalian pernah dengar jam dinding yang tertawa karena kau hanya diam dan membisu? Ya, gadis inilah penciptanya. Jam itu benar-benar bisa tertawa kalau kau hanya diam saja. Memang jam tersebut ditujukan untuk membuat ramai suasana.

Dari semua karyanya, sebetulnya ada satu jam yang dirahasiakan oleh Penyihir Jam. Nama jam ini adalah Putar Balik.

Iya, namanya memang jelek dan terdengar seperti rambu lalu lintas. Penyihir Jam memang tidak pandai membuat nama bagus. Tetapi, asal kalian tahu saja, meski namanya jelek, jam yang satu ini adalah yang paling ajaib sekaligus berbahaya. Sebab kekuatannya adalah memutar balik waktu.

Ukurannya sebesar jam dinding biasa yang ada di rumah kalian. Tapi angka-angkanya terbalik. Dari kanan ke kiri, jam dimulai dari angka 12, lantas 11, 10… dan seterusnya. Antik, memang. Orang yang tidak tahu, pasti menyangka jam ini berasal dari Arab Saudi.

Suatu ketika, Penyihir Jam pernah mencoba instrumen ini di tengah lapangan bola. Saat itu sedang musim gugur. Si Penyihir Jam menyalakan Putar Balik. Seketika, daun-daun terbang kembali ke atas, lantas menempel kuat di dahan. Tidak jadi berguguran. Mereka berubah pikiran.

Makanya, alat ini sangat berbahaya. Tidak ada yang tahu bagaimana jadinya jika alat ini jatuh ke tangan orang jahat. Hanya Penyihir Jam yang bisa mengatur alat ini. Rahasianya tidak pernah ia ceritakan kepada siapa pun. Termasuk pada saya.

Suatu ketika, ada seorang pelanggan yang datang ke toko Penyihir Jam. Penyihir Jam mengenal pelanggan ini. Beberapa kali, dia ke toko Penyihir Jam dengan istrinya. Kali pertama, sang istri membelikannya satu jam tangan kulit yang mahal. Sang istri meminta Penyihir Jam agar bisa menambahkan fitur untuk mengingatkan suaminya untuk makan, ketika ia sedang di kantor.

Kali lain, sang istri berkata pada Penyihir Jam bahwa suaminya sering telat bekerja karena tidak dibangunkan istrinya. Ini terjadi ketika sang suami pergi dinas ke luar kota. Penyihir Jam membuatkan jam beker istimewa dengan suara sang istri yang membangunkan suami ketika ia jauh.

Namun kali ini, pria itu datang sendiri dengan raut murung. Pria itu melihat-lihat jam tangan biasa di etalase dengan wajah menunduk. Senyum tidak pernah muncul di wajahnya.

Setelah berjalan bolak-balik seperti setrika, si pria asing bertanya pada Penyihir Jam, “Penyihir, apa kau punya jam yang cocok untuk istriku?”

“Ceritakan padaku apa masalahmu. Nanti kucarikan jam yang sesuai,” si Penyihir Jam menjawab.

Si pria tak dikenal mengambil tempat di salah satu kursi. Napasnya diembuskan berat-berat. “Aku telah melakukan kesalahan,” ujarnya, kecewa. “Istriku percaya padaku, dan aku berkhianat. Sekarang ia pergi dari rumah kami. Aku menyesal. Aku perlu minta maaf padanya.”

Penyihir Jam memilih deretan jam tangan mungil yang terpasang di etalase. “Kau ingin meminta maaf…” Penyihir Jam kini mengangkat wajahnya, menatap si pria asing, “Atau kau ingin diberi kesempatan kedua, jika bisa?”

Untuk pertama kalinya, mata si pria asing berbinar, “Tentu saja kesempatan kedua, jika bisa.”

Penyihir Jam tersenyum, menyerahkan selembar kertas pada si pria. Ia berkata, “Tuliskan alamatmu, aku akan mengantar sebuah jam cantik ke rumahmu besok.”

Si pelanggan tersenyum lantas menuliskan alamatnya, lantas membayar sejumlah uang yang tertera. Si pria pergi dengan sebuah harapan dan senyuman kecil.

Esoknya, tengah malam, Penyihir Jam pergi ke rumah si pelanggan. Sang Penyihir membawa Putar Balik. Sesungguhnya, Sang Penyihir Jam tidak tahu apa yang dia lakukan benar atau tidak. Tapi ia--untuk sekali saja--ingin bisa memberikan sebuah kesempatan bagi seseorang.

Putar Balik sudah diatur sedemikian rupa. Penyihir Jam menggantungkan Putar Balik di depan pintu rumah mereka. Hal ajaib terjadi di dalam rumah itu. Pengkhianatan si suami tidak pernah terjadi. Namun, mereka berdua tidak akan ingat hal itu.

Setelah Putar Balik melakukan tugasnya, Penyihir Jam menyimpannya kembali di dalam tas. Kali ini, Penyihir Jam megeluarkan sebuah arloji mungil yang tertata dalam kotak beludru. Penyihir Jam mengetuk pintu beberapa kali.

Yang membuka pintu itu adalah si istri. Si istri, cantik dan ramah seperti biasa, tersenyum dan menyambut, “Oh, Penyihir Jam. Apa yang membuatmu datang kemari selarut ini?” 

“Suamimu memesan ini beberapa waktu yang lalu. Baru selesai kukerjakan, sehingga aku mengantarnya kemari sekarang. Dia sudah membayarnya.”

Si istri membuka kotak itu. Matanya langsung terbeliak, rautnya seperti hampir menangis. Katanya, “Cantik sekali!”

Si suami, yang tentu saja tidak ingat pernah meminta kesempatan kedua dari Penyihir Jam, muncul di samping istrinya dengan wajah bingung. Si istri langsung memeluknya, terharu dan bahagia.

Penyihir Jam tersenyum dan pamit, berdoa dalam hati semoga ia telah melakukan hal yang benar. Tapi, Penyihir Jam berkata pada dirinya sendiri, “Seperti biasa, hanya waktu yang bisa menjawabnya.”

Musim gugur kembali datang. Kali ini, Penyihir Jam dikejutkan oleh seorang wanita yang datang dengan raut lesu. Penyihir Jam mengenal pelanggan ini. Ia pernah membelikan suaminya jam tangan yang bisa mengingatkan makan, serta jam beker dengan suaranya. Penyihir Jam juga pernah menggunakan sihir Putar Balik padanya dan suaminya.

Wanita itu menatap suatu sudut dengan pandangan kosong. Matanya bengkak, seakan habis menangis dan tidak tidur selama beberapa hari.

“Ada yang bisa kubantu?” tanya Penyihir Jam.

Si wanita menyerahkan jam tangan mungil pada Penyihir Jam, “Aku perlu memperbaiki ini.”

Penyihir Jam mengenali arloji itu. Arloji yang sama, yang diberikan Penyihir Jam dalam kotak beludru. Kini kacanya pecah, arloji itu tidak berfungsi lagi. Penyihir Jam tahu apa artinya, wanita ini telah kembali dikhianati.

Akhirnya, sang Penyihir Jam mengambil arloji rusak itu dan menyimpannya di dalam kotak. Penyihir Jam mengambil satu jam tangan baru, dan memasangkannya di lengan sang wanita.

“Kau dan aku kini tahu,” kata Penyihir Jam. “Beberapa orang tidak layak diberikan kesempatan kedua. Waktu terus berjalan. Kau juga harus ikut berjalan bersama waktu.”

Si wanita menatap jam di pergelangan tangannya. Arloji barunya tidak retak. Jarumnya terus berdetak.

***

You May Also Like

0 komentar