Saving Private Gembok

by - Februari 19, 2011

Halo semuanya! Saya, Anggita Sekar Laranti, mau berbagi cerita tentang pengalaman saya siang ini bersama Ayustina Dwi Putri.

Siang tadi ceritanya di sekolahku ada Festival Mentoring nih. Si Ayus kebagian lomba kreasi jilbab. Tapi peralatan untuk kreasi jilbab nggak ada. Nah, si Ayus ini berencana mau mengambil peralatan berdandan di rumahnya. Jadi entah bagaimana, Ayus berhasil minjem motor dari teman kami. Sebut saja namanya Intan (sebenernya namanya memang Intan sih). Ayus dan aku langsung ngebut buat ngambil peralatan dandan. Dan setelah misi ngambil peralatan dandan selesai, kami langsung capcus ke sekolah.

Sebelumnya, harus saya informasikan bahwa setiap hari Jumat saat Jumatan, kedua gerbang sekolah kami (gerbang barat dan timur) biasanya ditutup dan digembok sehingga tidak memungkinkan bagi motor maupun mobil untuk berlalu lalang keluar-masuk sekolah. Sebetulnya bagus juga sih niatnya biar nggak mengganggu ibadah sholat Jumat. Tapi hal itu menyebabkan para siswa/guru yang mau keluar terkunci di dalam, dan para siswa/guru yang mau masuk terkunci di luar. Aku udah pernah terkunci di dalam maupun di luar, dan waktu kekunci itu para murid/guru mirip TKW demonstran yang mau menerobos masuk ke Kedutaan Besar Republik Indonesia.

Jadi aku dan Ayus beruntung sekali bisa kembali ke sekolah dengan masih membawa nyawa kami #edisiPrajuritPerangAfghanistan. Aku sama Ayus memarkir motor teman kami (sebut saja namanya Intan) dan berjalan ke mushola untuk menyerahkan secret tools (alat-alat dandan -red) dalam tas hitam yang kami bawa. Tapi ternyata jalan ke mushola--karena mushola kami terlalu imut--lagi dipake buat Jumatan, aku dan Ayus mengurungkan niat.

"Gimana kalo kamu ambil Joji terus kita jalan-jalan, Nggit?" kata Ayus. Joji itu adalah helm-ku yang paling ganteng di seluruh alam semesta.
"Aku lagi nggak bawa Joji e, Yus," kataku galau.
"Tumben kamu nggak bawa Joji," Ayus ikutan galau.

Akhirnya kami masuk ke dalam gedung sekolah; mendaki gunung, menerobos hutan lebat, dan mengarungi samudera. Padahal ya sekolahnya kecil, paling pol cuma bisa mengarungi kolam lele di sebelah pos satpam sono noh. Dan akhirnya juga kami mendapat pinjaman helm! Dengan modal motor pinjaman dan helm-helm pinjaman (pokoknya semua minjem!) kami mau pergi beli Mocca Float yang diidam-idamkan Ayus.

Karena gerbang utama (sebelah barat) sudah ditutup dan digembok, kami terpaksa melewati gerbang tidak utama (sebelah timur). Di depan gerbang tidak utama kami menemukan kendala lain: celah gerbangnya kekecilan buat lewat motor! Padahal ada dua ekor motor lagi di belakang yang mau lewat. Lalu dengan heroiknya aku turun dari motor. Dengan jubah berkibar ditiup angin, gerakan slow motion, dan sountrack keren, aku mendorong gerbang itu sekuat tenaga. Berkat ilmu yang diberikan Nyi Blorong setelah pertapaanku di Food Court Tamansari Ambarukmo Plaza, aku berhasil mendorong gerbang karatan itu! Ketiga motor akhirnya bisa lewat. Tepuk tangan sodara-sodara!

"Nggit, biar kita nggak dikunciin dan nggak telat lomba, gimana kalo gemboknya diambil aja?" kata Ayus.
"Hah?" otakku telat mencerna ide Ayus.
Sementara otakku lagi memproses data, Ayus sudah memasukkan gembok gede yang juga karatan itu ke dalam tas hitam. "Naik Nggit, naik!"

Wussshhh! Kami langsung pergi ke KFC sambil melarikan gembok itu. Beneran melarikan lho. Ini deh kalo nggak percaya:

Gembok di tempat yang tidak semestinya

Barang bukti yang kontras: gembok, cream soup,
ice cream cone, tiket parkir, kunci motor, dan mocca float 

Jadi sodara-sodara sekalian, pelajaran yang dapat dipetik dari kejadian hari ini adalah: "kalau nggak mau dikunciin, bawa lari gemboknya!" Kalau nggak ada gembok, bawa lari kuncinya! Kalau nggak ada kunci dan gemboknya? Bawa lari pintunya dong! Semua bisa dengan M-150!

Sayangnya setelah sampai di sekolah lagi kami nggak dicariin satpam gara-gara nyolong gembok. Padahal aku dan Ayus udah mempersiapkan sejuta cara ngeles lho. Ah, sia-sia. Ini contohnya:

Ngeles Part 1
Pak Satpam: "Heh kalian kok bawa-bawa gembok sekolah kenapa hah?!?" *muka sangar*
Aku + Ayus: "Orang kita nemu kok pak!"
Pak Satpam: "Nemu dimana hah??"
Aku + Ayus: "Itu nyantol di gerbang sono noh pak!" *nunjuk TKP*
Pak Satpam: *frustasi*

Ngeles Part 2
Pak Satpam: "KENAPA KALIAN BAWA LARI GEMBOK SEKOLAH???" *gak santai* 
Aku + Ayus: "LHA BIAR GEMBOKNYA NGGAK DICURI ORANG PAK!! NANTI KALO SEKOLAH KITA NGGAK SAFETY LAGI PIYE HAYO??!" *ikut nggak santai*
Pak Satpam: "WO LHA CAH GEMBLUNG!!!" *aku sama Ayus ditampar satpam*

Ngeles Part 3
Pak Satpam: "Kenapa kalian bawa lari gembok sekolah, anak-anak?"
Aku + Ayus: "Pak," *muka serius* "Kita sedang menyelamatkan gembok ini dari kobaran api neraka!"
Pak Satpam: "Lha kok bisa?"
Aku + Ayus: "Bayangkan, Pak! Gembok ini sendirian di situ! Pasti dia galau, Pak! Kami melihat gembok ini tadi gantung diri, Pak! DOSA ITU PAK DOSA!!!"
Pak Satpam: *nyeret aku sama Ayus ke mushola buat dibekam*

Seperti itulah kisah perjalanan Anggita Sekar Laranti dan Ayustina Dwi Putri, sodara-sodara sekalian. Yak, sampai jumpa di edisi berikutnya, tetap gaul ya!

You May Also Like

0 komentar